Yohanes Pembabtis adalah teladan orang yang tanpa pamrih saat mempersiapkan jalan bagi Yesus.
Yohanes
Pembabtis datang berkotbah dengan roh dan kuasa dari Nabi Elia (lihat
Maleakhi 4:5; Matius 11:14). Dia memakai jubah bulu unta dan ikat
pinggang kulit serta makan belalang dan madu hutan (Matius 3:4). Dia
adalah orang yang dikirim oleh Tuhan dengan misi mempersiapkan jalan
bagi Yesus. Seorang diri, Yohanes bukan berteriak-teriak di sebuah kota
besar tapi di padang gurun. Dia tidak melakukannya untuk menjadi pusat
pemberitaan; dia melakukannya agar orang-orang siap untuk bertemu Yesus
sehingga “semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (Lukas
3:6).
Misi
Yohanes berasal dari Tuhan, yang memberi dia pesan itu. Yohanes tahu
siapa dirinya dan mana yang bukan. Dia berkata: "Aku bukan Mesias."
(Yohanes 1:20) dan “tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih
berkuasa dari padaku,” (Matius 3:11). Yohanes bukanlah orang yang suka
mempromosikan diri sendiri.
Berapa
banyak orang yang bingung terhadap pesan dan panggilan Tuhan ketika
menghadapi perasaan bahwa diri mereka penting? Jika kelahiran kita
diumumkan oleh malaikat Gabriel, apakah kita masih akan berkata, “Ia
harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)? Atau
kita akan berkoar-koar tentang siapa diri kita? Yohanes Pembabtis bisa
saja melakukannya. Tapi sebaliknya, ia taat. Dia melangkah ke samping
dan mempersilahkan Yesus dan Tuhan memberikan dia kesempatan untuk
membabtis dan mengumumkan Sang Mesias (Matius 3:13-16).
Yohanes
lahir dari orangtua yang setia kepada Tuhan: “Keduanya adalah benar di
hadapan Allah” (Lukas 1:6). Tetapi keduanya juga telah tua. Yohanes
adalah bayi ajaib mukjizat dari Tuhan bagi mereka,. Terlepas dari
Yohanes sebagai pembawa sukacita bagi kedua orangtuanya yang telah tua,
dia tidak pernah mengalaminya sendiri. Dia adalah orang yang dipanggil
oleh Tuhan dan dia menyerahkan dirinya pada panggilan itu. Selama
hidupnya, Yohanes tidak pernah memiliki apa yang pria sangat inginkan:
keluarga, rumah, pekerjaan bergengsi dan kematian yang mudah di usia
tua.
Yohanes
Pembabtis mati ditangan keinginan seorang perempuan kuat dan suami yang
lemah yang melakukan apa yang istrinya minta. Yohanes dipenggal sewaktu
pesta ulang tahun orang kaya dan kepalanya dibawa ke dalam pesta di atas
piring (Matius 14:6-12). Apa yang Yohanes lakukan sehingga pantas
dibunuh? Dia mengatakan kebenaran kepada sang raja (Markus 6:17:29).
“Tidak adil!” demikian kita berseru ketika seseorang diperlakukan dengan
brutal seperti Yohanes. Mengapa dia bisa melakuakn hal itu? Sesederhana
menutup mulutnya yang mencela moral sang raja. Tetapi Yohanes tetap
mentaatin Tuhan. Dia setia dan atas kesetiaannya itu ia dibunuh. Yohanes
tidak mengundang penderitaan, tetapi menerimanya.
Apakah
Anda terbuka terhadap pimpinan Tuhan sama seperti yang Yahones Pembabtis
lakukan? Apakah penting bagi Anda jika ketaatan membawa langkah Anda ke
pandang gurun daripada ke istana? Apakah Anda akan selalu mengarahkan
orang-orang kepada Sang Mesias? Yesus memiliki sebuah pernyataan yang
dasyat tentang Yohanes: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan
oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada
Yohanes Pembaptis” (Yohanes 11:11). Sebuah tulisan di nisan bagi pria
yang taat. Seorang pria Tuhan yang tanpa pamrih. Sebuah teladan bagi
manusia di masa kini.
Penulis: Roger C. Palms, mantan editor majalan Billy Graham, Decision dan penulis buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar