Lukas 5:7 “Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.”
Pagi
ini saya teringat akan kisah Ali Baba. Hikayat 1001 Malam ini bercerita
tentang Ali Baba yang secara tidak sengaja melihat 40 penyamun berada
di depan sebuah gua yang ditutupi sebuah batu besar. Ketika mereka
mengucapkan “abrakadabra”, batu pun bergeser sehingga gua kemudian
terbuka. Ali Baba hanya memperhatikan dari tempat persembunyiannya dan
menanti hingga ke 40 penyamun itu pergi meninggalkan gua. Setelah ia
sendirian, ia pun mengucapkan kata yang sama di depan gua. Batu kemudian
bergeser dan masuklah Ali Baba ke dalam. Ternyata apa yang ada di dalam
adalah gua yang penuh harta karun. Ali Baba ternyata tidak tamak. Ia
hanya mengambil secukupnya. Namun kisah mengenai gua harta karun ini
sampai ke telinga Kasim, saudaranya. Lalu Kasim pun mengikuti jejak Ali
Baba dan masuk ke dalam. Seperti Ali Baba, ia pun takjub melihat harta
berlimpah di dalam gua. Namun ada yang membedakan Ali Baba dan Kasim.
Kasim bersikap tamak dan ingin menguasai semua. Ia pun sibuk
mengumpulkan semua harta melebihi apa yang mampu ia angkut. Dan saking
sibuknya, ia pun lupa kata kunci untuk membuka kembali pintu gua.
Akibatnya fatal. 40 penyamun kembali kesana dan mendapati Kasim di
dalam. Mereka pun membunuhnya.
Kita mudah untuk berkata, “yah..itulah ganjaran bagi orang tamak..”
Namun sadar atau tidak ada banyak di antara kita yang berlaku sama
seperti Kasim. Kita hanya menuntut berkat dari Tuhan tanpa mau
memberkati orang lain lewat segala yang Tuhan beri. Kita hanya mau
menuai, tanpa mau menabur. Jika saya ibaratkan kita sebagai petani,
bagaimana mungkin seorang petani bisa menuai hasil ladang jika ia tidak
pernah menabur benih? Ayat yang melintas di benak saya pagi ini ketika
saya teringat akan kisah Ali Baba adalah mengenai kisah mukjizat yang
dilakukan Yesus atas Petrus, sang nelayan yang tidak memperoleh seekor
ikan pun hari itu. Dengan ketaatannya pada Yesus, ia mengikuti perintah
Yesus agar ia kembali bertolak ke dalam dan menebar jala. Seketika itu
pula jalanya sangat penuh dan mulai sobek. Untung Petrus tidak punya
mental seperti Kasim. Ayat bacaan hari ini menunjukkan demikian. “Lalu
mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya
mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka
bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir
tenggelam.” (Lukas 5:7). Petrus memanggil teman-temannya dan
membagi tangkapannya. Petrus sadar ia tidak hidup sendiri, ia punya
sahabat-sahabat dan mau berbagi. Jika ia tamak, kapalnya akan tenggelam,
dan ia akan menemui nasib yang sama seperti Kasim.
Ingatlah bahwa berkat-berkat yang kita peroleh adalah titipan Tuhan,
yang harus kita pakai untuk memberkati sesama kita, untuk menyatakan
kemuliaan Tuhan. Apakah itu berkat kekayaan, berkat kesehatan,
talenta-talenta yang kita miliki, semua itu hendaklah kita pergunakan
untuk menjadi berkat buat orang lain. Apapun yang kita lakukan buat membantu orang lain bernilai sangat tinggi bagi Tuhan. Demikian firman Tuhan:
“Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang
paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” (Matius 25:45). Mari kita baca pesan Yesus dalam kitab Kisah Para Rasul.
Kita harus mengerti bahwa kekayaan yang ada pada kita hanya titipan
Tuhan. Karena itu kita harus mempergunakannya untuk kemuliaan Tuhan dan
untuk sesama kita (mengikat persahabatan dan memberkati orang lain). “Dalam
segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja
demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat
perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35). Yes, that’s absolutely true.
Perhatikan, semakin dalam kita masuk ke dalam hadiratNya, semakin dekat
kita pada Tuhan, maka prinsip kebahagiaan pun berubah. Jika dulu kita
berbahagia ketika kita diberi, maka kini kita akan jauh lebih berbahagia
ketika bisa memberi kontribusi kepada orang lain. Kita akan merasa
sangat bahagia ketika bisa membahagiakan orang lain. Itu jauh lebih
membahagiakan dibandingkan ketika kita memperoleh sesuatu.
Sebuah perikop penting dari surat rasul Paulus menjabarkan lebih lanjut mengenai ini. “Camkanlah
ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang
yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau
karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita.”(2 Korintus 9:6-7). Tidak berhenti sampai disitu, kemudian ditegaskan pula bahwa Tuhan
sanggup melimpahkan segala kasih karuniaNya bahkan hingga berkelebihan,
dan ini semua bukan untuk memperkaya diri, menyombongkan diri dan
dinikmati sendiri dengan serakah, melainkan untuk berbuat baik dan
beramal. (ay 8). Dan dalam kesempatan lain, Petrus pun mengingatkan hakekat penting dari menerima berkat. “….hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (1 Petrus 3:9) Ini hal penting yang harus kita cermati. Kita
memperoleh berkat adalah agar kita bisa memberkati orang lain lewat
segala yang kita miliki. Kita diberkati untuk memberkati.
Ketamakan tidak akan membawa manfaat apa-apa dan tidak akan pernah
berkenan di hadapan Tuhan. Betapa kecewanya Tuhan apabila segala berkat
yang Dia berikan malah dipakai untuk menindas dan merugikan orang lain,
atau dipakai sebagai alas kesombongan. Semakin banyak kita diberkati,
kita harus semakin banyak pula memberkati, karena itulah alasan utama
mengapa kita menerima berkat dari Tuhan. Rugikah jika kita banyak
memberi? Jika kita memberi dengan hati yang tulus semata-mata karena
mengasihi Tuhan dan sesama, kita tidak akan menjadi berkekuangan, malah
akan semakin banyak lagi menerima berkat. Itu sejalan dengan Amsal
berikut ini: “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.”
(Amsal 11:24). Pelit, tamak, serakah, egois dan sejenisnya tidak akan
pernah membawa hasil apa-apa selain kerugian buat diri kita sendiri. Hal
itu tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Apa yang dikehendaki Tuhan
adalah kita harus mau memberkati orang lain dengan segala berkat dari
Tuhan, atas dasar kasih kita kepada mereka dan Tuhan sendiri, dimana
Tuhan dipermuliakan. Jika kita punya sikap mengasihi Tuhan dan taat pada
kehendakNya, tidak saja di dunia ini kita akan dicukupkan bahkan sampai
berkelimpahan, tapi kita pun akan beroleh hidup kekal. “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”(1 Yohanes 2:17). Are you ready to give? Mulailah memberi, maka Tuhan akan mencurahkan berkat-berkatNya secara luar biasa ke atas diri anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar